Penyakit HIV-AIDS
Pengertian
AIDS
adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome, yaitu sekumpulan
gejala yang didapatkan dari penurunan kekebalan tubuh akibat kerusakan system
imun yang disebabkan oleh infeksi HIV.
HIV
adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, yaitu virus yang menyerang
sel CD4 dan menjadikannya tempat berkembang biak, kemudian merusaknya sehingga
tidak dapat digunakan lagi. Sebagaimana kita ketahui bahwa sel darah putih
sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka
ketika tubuh kita diserang penyakit, tubuh kita lemah dan tidak berupaya
melawan jangkitan penyakit dan akibatnya kita dapat meninggal dunia meski
terkena influenza atau pilek biasa. Manusia yang terkena virus HIV, tidak
langsung menderita penyakit AIDS, melainkan diperlukan waktu yang cukup lama
bahkan bertahun-tahun bagi virus HIV untuk menyebabkan AIDS atau HIV positif
yang mematikan.
Prevalensi
Penyakit
ini sudah lama ada hanya saja belum disadari oleh para ilmuwan bahwa
kasus–kasus yang ditemukan adalah kasus AIDS. Baru pada tahun 1981 Amerika
Serikat melaporkan kasus–kasus penyakit infeksi yang jarang terjadi ditemukan
dikalangan homoseksual, yang kemudian dirumuskan sebagai penyakit Gay Related Immune
Deficiency (GRID), yakni penurunan kekebalan tubuh yang dihubungkan dengan kaum
gay/homoseksual.
Kemudian
pada tahun 1982, CD–USA (Centers for Disease Control) Amerika Serikat untuk
pertama kali membuat definisi AIDS. Sejak saat itulah survailans AIDS dimulai.
Dan juga ditemukan penyebab kelainan ini adalah LAV (Lymphadenophaty
Associaterd Virus ) oleh Luc Montagnier dari pasteur Institut, Paris.
Pada
tahun 1984 Gallo dan kawan–kawan dari National Institute of Health, Bethesda,
Amerika Serikat menemukan HTLV III ( Human T Lymphotropic Virus type III)
sebagai sebab kelainan ini.
Pada
tahun 1985 ditemukan Antigen untuk melakukan tes ELISA, suatu tes untuk
mengetahui terinfeksi virus itu atau tidaknya seseorang.
Pada
tahun 1986, International Commintte on Taxonomi of Viruses, memutuskan nama
penyebab penyakit AIDS adalah HIV sebagai pengganti nama LAV dan HTLV III.
15
April 1987, Kasus AIDS di Indonesia pertama kali ditemukan. Seorang wisatawan
berusia 44 tahun asal Belanda, Edward Hop, meninggal di Rumah Sakit Sanglah,
Bali. Kematian lelaki asing itu disebabkan AIDS. Hingga akhir 1987, ada enam
orang yang didiagnosis HIV positif, dua di antara mereka mengidap AIDS.
Sejak
ditemukan tahun 1978, secara kumulatif jumlah kasus AIDS di Indonesia sampai
dengan 30 September 2009 sebanyak 18.442 kasus. jumlah ini semakin meningkat
dari tahun ke tahun.
Data
Kementerian Kesehatan akhir 2009 menyebutkan penderita AIDS kelompok umur 20-29
tahun di Indonesia mencapai 49,07 persen. Berikutnya kelompok umur 30-39 tahun
dengan 30,14 persen. Berdasarkan jenis kelamin 14720 kasus atau 73,7 persen
diderita pria dan 5163 kasus adalah perempuan. Berdasarkan cara penularan,
kasus AIDS kumulatif tertinggi melalui hubungan heteroseksual (50,3 persen),
pengguna napza suntik/ penasun (40,2 persen), dan hubungan homoseksual (3,3
persen).Jumlah kasus AIDS kumulatif 19.973 kasus yang tersebar di 32 Provinsi
di Indonesia. Penderita HIV positif terbanyak berada di DKI Jakarta dari
Propinsi DKI Jakarta (7766), disusul Jawa Timur (4553), Jawa Barat (3077),
Sumatera Utara (2783), dan Kalimantan Barat (1914).
Pada
tahun 2014 diproyeksikan jumlah infeksi baru HIV usia 15-49 tahun sebesar
79.200 dan proyeksi untuk ODHA usia 15-49 tahun sebesar 501.400 kasus. Demikian
laporan triwulan ketiga tahun 2009 Surveilans AIDS Ditjen Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan (PP &PL) Depkes.
CARA
PENULARAN
Penularan
AIDS dapat dibagi dalam 2 jenis, yaitu :
a.
Secara Kontak Seksual
1.
Ano-Genital
Cara
hubungan seksual ini merupakan perilaku seksual dengan resiko tertinggi bagi
penularan HIV, khususnya bagi kaum mitra seksual yang pasif menerima ejakulasi
semen dari pengidap HIV.
2.
Ora-Genital
Cara
hubungan ini merupakan tingkat resiko kedua, termasuk menelan semen dari mitra
seksual pengidap HIV.
3. Genito-Genital
/ Heteroseksual
Penularan
secara heteroseksual ini merupakan tingkat penularan ketiga, hubungan suami
istri yang mengidap HIV, resiko penularannya, berbeda-beda antara satu peneliti
dengan peneliti lainnya.
b.
Secara Non seksual
Penularan
secara non seksual ini dapat terjadi melalui :
1.
Transmisi Parental
Penggunaan
jarum dan alat tusuk lain (alat tindik, tatto) yang telah terkontaminasi,
terutama pada penyalahgunaan narkotik dengan mempergunakan jarum suntik yang
telah tercemar secara bersama-sama. Penularan parental lainnya, melalui
transfusi darah atau pemakai produk dari donor dengan HIV positif, mengandung
resiko yang sangat tinggi.
2.
Transmisi Transplasental
Transmisi
ini adalah penularan dari ibu yang mengandung HIV positif ke anak, mempunyai
resiko sebesar 50%. Disamping cara penularan yang telah disebutkan di atas ada
transmisi yang belum terbukti, antara lain:
1.
ASI
2.
Saliva/Air liur
3.
Air mata
4.
Hubungan sosial dengan orang serumah
5.
Gigitan serangga
Walaupun
cara-cara transmisi di atas belum terbukti, akan tetapi karena prevalensi HIV
telah demikian tinginya di Amerika Serikat, maka tetap dianjurkan :
1.
Ibu yang mengidap supaya tidak menyusui bayinya.
2.
Mengurangi kontaminasi saliva pada alat seduditasi pada saat berciuman dan pada
anak-anak yang mengidap HIV yang menderita gangguan jiwa dan sering digigit
serangga.
3.
bagi dokter ahli mata dianjurkan untuk lebih berhati-hati berhubungan dengan
air mata pengidap HIV.
Perlu
diketahui AIDS tidak menular karena :
1.
Hidup serumah dengan penderita AIDS ( asal tidak mengadakan hubungan seksual )
2.
Bersentuhan dengan penderita.
3.
Berjabat tangan.
4.
Penderita AIDS bersin atau balik di dekat kita.
5.
Bersentuhan dengan pakaian atau barang lain dari bekas penderita.
6.
Berciuman pipi dengan penderita.
7.
Melalui alat makan dan minum.
8.
Gigitan nyamuk dan serangga lainnya.
9.
Bersama-sama berenang di kolam.
Tahapan
Infeksi HIV
Masa
Inkubasi penyakit ini belum diketahui secara pasti. Dalam beberapa literatur di
katakan bahwa melalui transfusi darah masa inkubasi kira-kira 4,5 tahun,
sedangkan pada penderita homoseksual 2 -5 tahun, pada anak- anak rata – rata 21
bulan dan pada orang dewasa 60 bulan.
Ada
beberapa Tahapan ketika mulai terinfeksi virus HIV sampai timbul gejala AIDS:
Tahap
1: Periode Jendela
-
HIV masuk ke dalam tubuh, sampai terbentuknya antibody terhadap HIV dalam darah
-
Tidak ada tanda2 khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat
-
Test HIV belum bisa mendeteksi keberadaan virus ini
-
Tahap ini disebut periode jendela, umumnya berkisar 2 minggu – 6 bulan
Tahap
2: HIV Positif (tanpa gejala) rata-rata selama 5-10 tahun:
- HIV
berkembang biak dalam tubuh
-
Tidak ada tanda-tanda khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat
-
Test HIV sudah dapat mendeteksi status HIV seseorang, karena telah terbentuk
antibody terhadap HIV
-Umumnya
tetap tampak sehat selama 5-10 tahun, tergantung daya tahan tubuhnya (rata-rata
8 tahun (di negara berkembang lebih pendek)
Tahap
3: HIV Positif (muncul gejala)
-
Sistem kekebalan tubuh semakin turun
-
Mulai muncul gejala infeksi oportunistik, misalnya: pembengkakan kelenjar limfa
di seluruh tubuh, diare terus menerus, flu, dll
-
Umumnya berlangsung selama lebih dari 1 bulan, tergantung daya tahan tubuhnya
Tahap
4: AIDS
- Kondisi
sistem kekebalan tubuh sangat lemah
-
berbagai penyakit lain (infeksi oportunistik) semakin parah
Gejala
Terdapat
5 stadium penyakit AIDS, yaitu
1.
Gejala awal stadium infeksi yaitu :
Demam
Kelemahan
Nyeri
sendi menyerupai influenza/
Nyeri
tenggorok
Pembesaran
kelenjaran getah bening
2.
Stadium tanpa gejala
Stadium
dimana penderita nampak sehat, namun dapat merupakan sumber penularan infeksi
HIV.
3.
Gejala stadium ARC
Demam
lebih dari 38°C secara berkala atau terus
Menurunnya
berat badan lebih dari 10% dalam waktu 3 bulan
Pembesaran
kelenjar getah bening
Diare
mencret yang berkala atau terus menerus dalam waktu yang lama tanpa sebab yang
jelas
Kelemahan
tubuh yang menurunkan aktifitas fisik
Keringat
malam
4.
Gejala AIDS
Gejala
klinis utama yaitu terdapatnya kanker kulit yang disebut Sarkoma Kaposi (kanker
pembuluh darah kapiler) juga adanya kanker kelenjar getah bening.
Terdapat
infeksi penyakit penyerta misalnya pneomonia, pneumocystis,TBC, serta penyakit infeksi
lainnya seperti teksoplasmosis dsb.
5.
Gejala gangguan susunan saraf
·
Lupa ingatan
·
Kesadaran menurun
·
Perubahan Kepribadian
·
Gejala–gejala peradangan otak atau selaput otak
·
Kelumpuhan
Umumnya
penderita AIDS sangat kurus, sangat lemah dan menderita infeksi. Penderita AIDS
selalu meninggal pada waktu singkat (rata-rata 1-2 tahun) akan tetapi beberapa
penderita dapat hidup sampai 3 atau 4 tahun.
Pencegahan
Upaya
pencegahan yang dapat di lakukan adalah :
1.
Pencegahan penularan melalui jalur non seksual :
a.
Transfusi darah cara ini dapat dicegah dengan mengadakan pemeriksaan donor
darah sehingga darah yang bebas HIV saja yang ditransfusikan.
b.
Penularan AIDS melalui jarum suntik oleh dokter paramedis dapat dicegah dengan
upaya sterilisasi yang baku atau menggunakan jarum suntik sekali pakai.
2.
Pencegahan penularan melalui jalur seksual
Pencegahan
ini dapat dilakukan dengan pendidikan/penyuluhan yang intensif yang ditujukan
pada perubahan cara hidup dan perilaku seksual, serta bahayanya AIDS pada usia
remaja sampai usia tua. Dan yang utama adalah dengan memperdalam agama Islam
yang benar, sehingga menjadi manusia yang bertaqwa menjalankan perintah Allah
serta menjauhi larangan Allah dengan ikhlas dan benar. Jika ini terwujud, maka
manusia kan selamat dunia akhirat, tidak hanya terhindar dari penyakit AIDS ini
akan tetapi mendapatkan kebaikan yang lebih besar daripada itu
Komentar
Posting Komentar